Minggu, 22 Juli 2012

Hooligan: spirit fanatisme berlebihan

Setelah beberapa minggu yang lalu saya membahas tentang tim favorit saya, sekarang saya akan membahas tentang hooliganism sehubungan dengan kematian suporter PERSIB Bandung di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.


Hooligan, selalu identik dengan suporter bola yang selalu membuat kerusuhan dimana pun mereka berada dan tim manapun yang kita dukung, sebenarnya sejarah dari hooligan itu sendiri merupakan sebutan bagi kelompok geng jalan ( maksudnya persaudaraan geng berdasarkan jalan rumah yang mereka tempati) yang berawal dari London dan pada waktu yang sama juga muncul di kota Manchester pada tahun 1890an, mereka kerap berbuat onar dan karena pada saat itu sepakbola sedang menjadi olahraga yang sedang menjadi trend di inggris, para geng jalan itu juga sering kali menyaksikan tim-tim yang ada di dua kota tersebut, akhirnya munculah benih-benih fanatisme terhadap klub yang berlebihan. Meskipun trend ini berlanjut dan terhenti sejenak oleh Perang dunia ke satu dan dua.

Setelah Perang dunia satu dan dua berakhir, hooligan pun kembali booming, dan kini diseluruh inggris meskipun tidak banyak dan hanya beberapa anggota dari setiap klub sepak bola. Saking Maraknya, hooligan pun dijadikan salah satu judul film pada tahun 1967 dengan Judul The Incident meskipun bukan film sepak bola tetapi ini menggambarkan bahwa pada saat itu vandalism di sepakbola dan olahraga lain telah terjadi.

Hingga pada akhirnya pada tahun 1970-80an hooligan benar-benar mencapai puncak dari masa emasnya, keributan sepak bola menjadi hal biasa di masyarakat inggris (awal hooliganism) hingga berbagai konflik terjadi antar supporter sepakbola, bahkan hingga terjadi pembunuhan pun dianggap biasa. Puncaknya adalah ketika tragedi Heysel terjadi pada tahun 1985, final piala champions antara liverpool melawan juventus. Awal dari kericuhan ini adalah saling ejek antar supporter, yang kemudian kedua belah pihak pun merasa emosi dan terjadilah kerusuhan tersebut hooligan liverpool menyerang kawasan dari suporter juventus korban pun tidak terhindarkan sehingga 39 nyawa pun melayang dari pihak Juventus, Para pemain Liverpool yang mengetahui banyak korban bermain dengan tidak semestinya, dan terkesan seperti mengalah hingga akhirnya Liverpool pun kalah 0-1 dari Juventus. UEFA (otoritas sepakbola eropa ) pun geram dan memberikan larangan 5 tahun mengikuti kompetisi internasional, meskipun hukman itu cukup berat tidak ada satu pun tim inggris yang menolaknya karena semua tim pada saat itu memiliki hoologannya, dan Liverpool seperti menjadi tumbalnya saja, tapi akhirnya ini menjadi pembelajaran bagi seluruh klub sepak bola inggris dan menjadikan ini pelajaran berharga, sehingga sekarang kita bisa lihat suporter inggris bisa menerima fans away dengan terbuka meskipun masih ada sedikit hooligan yang tersisa.








Tapi di Inggris sendiri tidak semua bebas dari Hooligan contohnya persaingan antara Millwall FC dan West Ham masih sering terjadi sehingga dibuat dalam judul film. bahkan di negara-negara latin pun hooligan kini menjadi tren, hingga aksi tembak menembak dan saling balas dendam atas kematian rekan-rekannya. Bahkan yang terburuk terjadi di Mesir laga antara tuan rumah Al-Masry melawan Al-Ahly di situasi politik yang panas pasca lengsernya presiden Hosni Mubarak, sekitar 74 penonton tewas dan lebih 1000 orang luka-luka. ini merupakan peristowa hooligan terburuk sepanjang masa, meskipun beberapa pihak menganggap ini sebagai aksi politik.





SO ? mau sampe kapan bunuh-bunuhan ? rivalitas wajar, gak ada rivalitas mah gak rame tapi kalo sampe bunuh-bunuhan.......

"Some people believe football is a matter of life and death, I am very disappointed with that attitude. I can assure you it is much, much more important than that" - Bill Shankly

sumber rujukan artikel:
http://en.wikipedia.org/wiki/Hooliganism
http://en.wikipedia.org/wiki/Football_hooliganism

http://en.wikipedia.org/wiki/Hooligan_firm
pictures from google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar